Tidak benar jika anggapan sushi adalah “makanan sehat”, lantas
disamaratakan. Louise Sutton, ahli gizi Leeds Metropolitan University,
membeberkan, ada beberapa kandungan dari bagian sushi yang mesti
diwaspadai. Dengan menghindari atau tidak berlebihan makan bagian
tersebut, bisa dijadikan pencegahan terhadap terjadinya risiko
kesehatan.
Sushi disajikan dalam bentuk mentah. Makanan seperti ini mudah
terinfeksi cacing gelang. Menurut penelitian the American College of
Gastroenterolog, ditemukan kasus infeksi anisakiasis atau cacing gelang
yang tertelan manusia saat makan sushi.
Untuk membunuh larva cacing dalam ikan mentah, ikan tersebut mesti
dibekukan pada suhu minus 20 derajat celcius. Minimal dilakukan selama
24 jam. Demikian himbauan National Health Service (NHS)
Staphylococcus aureus adalah
bakteri
yang kerap ada di sushi, terutama juga pada nasi lengket sebagai
komponen dari sushi. Penyebabnya, nasi yang tidak segera didinginkan,
memicu pertumbuhan bakteri di permukaan. Jika sushi tersebut
ditinggalkan pada suhu ruang, maka bakteri semakin berkembang. Sebaiknya
segera makan sushi Anda setelah disajikan.
Kandungan merkuri yang berbahaya ternyata banyak ditemukan pada ikan
laut. Di AS, misalnya, ikan tuna dalam sushi memiliki merkuri di ambang
batas normal.
Merkuri memengaruhi terjadinya gangguan syaraf. Gangguan ini bisa
menyerang otak, pendengaran, dan mata. Bahkan, merkuri yang masuk ke ibu
hamil akan membahayakan janin. Jadi, sebaiknya hindari makan sushi saat
wanita sedang hamil.
Lemak jahat ini bisa ditemui pada telur ikan yang dipakai sebagai topping sushi. Warnanya oranye. Telur ini memang kaya asam
lemak omega-3. Tapi, juga sarat
kolesterol. Jadi, jangan berlebihan mengonsumsinya.
Kecap yang dipakai sebagai pelengkap sushi mengandung garam dengan
kadar tinggi. Penderita tekanan darah tinggi sebaiknya menghindarinya.
Satu sachet kecap mengandung satu gram garam, dari maksimal enam gram
garam yang bisa ditoleransi tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar